Waspada, Pengidap Asma Berisiko Kritis Jika Terinfeksi Corona
Mewabahnya virus corona COVID-19 yang terus meningkat membuat kekhawatiran masyarakat. Terutama orang yang mempunyai komorbiditas atau orang yang sudah memiliki penyakit penyerta yang dapat memperparah kondisinya, salah satunya pengidap asma.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mencantumkan asma, diabetes dan penyakit jantung, sebagai kondisi yang membuat seseorang lebih berisiko menjadi sakit parah akibat virus corona COVID-19.
Dikutip dari Health, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan pengidap asma memiliki risiko merasakan sakit parah akibat virus corona. Karena virus ini mempengaruhi saluran pernapasan seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
Pengidap asma bisa menjadi lebih serius karena virus ini menyebabkan pneumonia dan penyakit pernapasan akut.
"Asma adalah penyakit radang, dengan infeksi pernapasan menjadi salah satu penyebab paling umum, ini berarti pasien dengan asma dapat mengalami eksaserbasi (perburukan gejala) asma mereka, efek virus corona COVID-19," kata Jack Stewart, MD, ahli paru di Rumah Sakit St Joseph di Orange County, California, Amerika Serikat.
CDC menyarankan bagi mereka pengidap asma untuk memastikan memiliki simpanan obat resep darurat, seperti inhaler asma, persediaan obat lain, dan suplai non-resep selama 30 hari serta isolasi diri di rumah agar tidak terinfeksi virus corona COVID-19.
Disinfektan Disemprot Langsung ke Orang, Benarkah Bisa Picu Kanker?
Saat ini disinfektan sedang banyak digunakan, baik untuk lingkungan maupun tubuh manusia. Bahkan saat ini bilik atau chamber disinfektan sudah banyak disediakan untuk mencegah persebaran virus corona COVID-19.
Bahkan ada yang mengatakan, bahan kimia tertentu yang dipakai untuk disinfektan bersifat karsinogenik atau memicu kanker jika terkena manusia. Benarkah?
"Sebenarnya tidak, jika digunakan sesuai takaran," jelas ahli kanker dari RS Cipto Mangunkusumo, Dr dr Andhika Rachman, SpPD-KHOM, saat dihubungi detikcom, Senin (30/3/2020).
"Tapi, efek samping akut ke tubuh manusia yang lebih banyak. Biasanya yang kena itu adalah di mata, selaput lendir, dan saluran napas," imbuhnya.
dr Andhika mengatakan, hal yang dirasakan seperti terbakar dan iritasi hebat. Ini akan terjadi jika digunakan lebih dari 6 mg per liter air.
Berikut ini takaran aman untuk tiga bahan yang dicampurkan untuk membuat cairan disinfektan.
1. Klorin/Chlorin
Agar tetap aman, batas maksimum klorin biasanya digunakan sebanyak 4 mg per liter air. Jika digunakan dalam takaran tersebut, aman dari karsinogenesis.
Jika itu digunakan diatas 6 mg, akan berdampak iritasi dan bisa memicu efek toksik pada kulit dan saluran pernapasan.
"Namun, chlorin kalau diminum di atas 6 ppm (part per million) dalam jangka panjang, bisa bikin bladder cancer atau kanker kandung kencing," jelasnya.
2. Alkohol
Alkohol biasanya digunakan sebanyak 70 persen, sementara untuk pembersih tangan bisa 95 persen. Itu pun masih aman digunakan dan tidak memicu kanker.
3. Hidrogen peroksida (H2O2)
Untuk bahan satu ini, biasanya digunakan dalam jumlah yang kecil, yaitu sekitar 2 persen. Jika masih dalam takaran yang sesuai, sebenarnya masih aman digunakan.
"Tidak ada laporan yang menyebutkan bahwa tiga zat tersebut menyebabkan terjadinya karsinogenesis," tegas dr Andhika.
Komentar
Posting Komentar