Usai Longgarkan Lockdown, Selandia Baru Nol Kasus Baru Corona

 Selandia Baru untuk pertama kali melaporkan tidak ada penambahan kasus baru virus corona sejak pertengahan Maret.

Direktur Jenderal Kesehatan Ashley Bloomfield mengatakan ini juga kali pertama negara itu mencatatkan nol infeksi baru sejak diberlakukan lockdown pada 25 Maret lalu.

Dalam konferensi pers hari ini Senin (4/5), Bloomfield mengatakan total kasus corona di Selandia Baru saat ini sebanyak 1.487 dan 1.276 pasien telah sembuh.

Selasa lalu Selandia Baru telah menurunkan status siaga nasional dari tingkat empat yang merupakan tingkat paling ketat ke tingkat tiga. Selandia Baru menghabiskan hampir lima pekan masa lockdown di tingkat empat.

Menurut Perdana Menteri Jacinda Ardern, sekitar 400 ribu lebih masyarakat Selandia Baru kembali bekerja dan 75 persen perekonomian telah beroperasi.

Ardern juga mengklaim mereka berhasil meraih kemenangan signifikan dalam perang melawan penyebaran Covid-19.

Selain mencatatkan tidak ada penambahan kasus baru, total kematian akibat virus di negara tersebut juga terbilang rendah yaitu sebanyak 20 orang.


Pemerintah Selandia Baru mendapatkan pujian atas penanganan Covid-19. Profesor Michael Baker dari Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Otago menyebutkan selain memiliki keuntungan menjadi negara kepulauan yang jauh dari kebanyakan negara, penerbangan Selandia Baru juga lebih sedikit daripada banyak tempat lain.

Dari sisi waktu, Baker menilai Selandia Baru memiliki banyak ruang untuk menganalisa pergerakan virus yang awalnya muncul di China.

Namun, terlepas dari segi geografis dan waktu, Baker menyebut kekuatan utama dari Selandia Baru adalah kombinasi antara ilmu pengetahuan dan keputusan pemerintahan yang baik.

Dikutip dari CNN, Baker menyebut pengujian luas oleh pemerintah Selandia Baru dan kebijakan pembatasan berkontribusi besar dalam menanggulangi virus corona.

Jepang Perpanjang Darurat Nasional hingga 31 Mei 2020

 Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan perpanjangan darurat nasional untuk menekan penyebaran virus corona hingga 31 Mei 2020.

Abe mengatakan masih terlalu dini untuk melonggarkan darurat nasional yang telah ditetapkan sejak 7 April 2020.

Dilansir AFP, Abe mengatakan akan melakukan peninjauan lebih lanjut dalam kurun waktu dua pekan ke depan untuk memutuskan apakah akan diakhiri sebelum akhir Mei jika ada pelambatan kasus baru.


"Saya akan berterus terang dan meminta Anda untuk melanjutkan upaya selama beberapa saat. Pada titik ini, penurunan orang yang terinfeksi masih belum pada tahap yang memadai," ujar Abe dalam konferensi pers, Senin (4/5).

Kendati demikian, Abe menyiratkan tanda tidak ada perpanjangan lebih lanut kondisi darurat setelah akhir Mei. Ia menegaskan akan berupaya maksimal untuk mengeluarkan Jepang dari kondisi darurat akibat corona.

Penetapan darurat nasional semula hanya berlaku selama sebulan di Tokyo dan enam wilayah lain mulai 7 April. Penambahan kasus baru membuat pemerintah memperluas darurat nasional hingga ke seluruh negeri.

Status darurat nasional semula dijadwalkan berakhir pada lusa, 6 Mei. Namun ia mengatakan aturan tersebut hanya mampu mengurangi sekitar 700 kasus per hari atau sekitar sepertiga dari total kasus.

"Kita harus berupaya mengurangi jumlah pasien baru yang terinfeksi di bawah level sekitar 100 orang yang sembuh setiap harinya untuk mengurangi darurat nasional," ujarnya menambahkan.

Komentar

Postingan Populer