Ramai Penolakan Jenazah Pasien Corona, Ini 4 Alasan Kamu Tak Perlu Takut
Ada laporan warga di beberapa daerah menolak jenazah orang yang meninggal terkait penyakit virus corona COVID-19. Misalnya saja di Kelurahan Simalingkar B, Medan, Sumatera Utara, muncul spanduk berisi pesan menolak jenazah dimakamkan di wilayahnya.
"Iya. Jadi semalam sudah. Memang ada spanduk dinaikkan oleh beberapa orang dan sudah kita tindaklanjuti semalam dengan segera rapat tingkat forkopimcam ya. Dari Danramil dan pihak Polsek," kata Camat Medan Tuntungan, Topan Ginting, Senin (30/3/2020).
Tampaknya di tengah masyarakat ada anggapan bahwa jenazah bisa menularkan penyakit. Terkait hal tersebut, sebetulnya kita tak perlu khawatir karena beberapa alasan berikut:
Baca juga: Viral Spanduk Tolak Jenazah Korban Corona di Medan, Camat Beri Penjelasan
1. Jenazah sudah lewati prosedur pengamanan
Indonesia memiliki prosedur penanganan jenazah pasien yang berhubungan dengan corona. Hal ini tertuang dalam "Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19)" yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan.
Dalam pedoman tersebut jenazah pasien yang meninggal akan dikemas dalam kantong jenazah yang tidak mudah tembus. Para petugas yang menangani juga diwajibkan menjalankan standar kewaspadaan.
2. Virus tak mudah menular dari jenazah
Halaman panduan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut jenazah pasien corona tidak mudah menularkan penyakit. Ini karena sebagian besar virus terletak pada saluran napas yang utamanya menyebar ketika pasien batuk-batuk atau bersin.
"Jenazah secara umum tidak menularkan penyakit, kecuali pada kasus pasien demam berdarah (contohnya Ebola, Marburg) dan kolera. Paru-paru pasien dengan penyakit seperti influenza baru bisa menularkan penyakitnya ketika tak ditangani dengan baik saat autopsi," tulis WHO.
3. Tetap bisa dikubur
WHO menegaskan kremasi bukan satu-satunya cara menangani jenazah pasien virus corona. Jenazah juga bisa dikuburkan asal mengikuti prosedur standar kehati-hatian.
"Jenazah pasien menular harus dikremasi adalah mitos umum. Tentunya ini tidak benar. Pemilihan metode kremasi hanya karena masalah budaya dan sumber daya," tulis WHO.
4. Belum ada yang tertular dari jenazah
Dalam panduan penanganan jenazah pasien corona yang diunggah pada 24 Maret 2020, WHO menyebut belum ada laporan orang-orang tertular virus dari jenazah. Oleh karena itu sebetulnya tidak perlu panik berlebihan.
"Sampai sekarang belum ada bukti seseorang terinfeksi akibat terpapar jenazah pasien yang meninggal karena COVID-19," kata WHO.
Waspada, Pengidap Asma Berisiko Kritis Jika Terinfeksi Corona
Mewabahnya virus corona COVID-19 yang terus meningkat membuat kekhawatiran masyarakat. Terutama orang yang mempunyai komorbiditas atau orang yang sudah memiliki penyakit penyerta yang dapat memperparah kondisinya, salah satunya pengidap asma.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan mencantumkan asma, diabetes dan penyakit jantung, sebagai kondisi yang membuat seseorang lebih berisiko menjadi sakit parah akibat virus corona COVID-19.
Dikutip dari Health, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengatakan pengidap asma memiliki risiko merasakan sakit parah akibat virus corona. Karena virus ini mempengaruhi saluran pernapasan seperti hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
Pengidap asma bisa menjadi lebih serius karena virus ini menyebabkan pneumonia dan penyakit pernapasan akut.
"Asma adalah penyakit radang, dengan infeksi pernapasan menjadi salah satu penyebab paling umum, ini berarti pasien dengan asma dapat mengalami eksaserbasi (perburukan gejala) asma mereka, efek virus corona COVID-19," kata Jack Stewart, MD, ahli paru di Rumah Sakit St Joseph di Orange County, California, Amerika Serikat.
CDC menyarankan bagi mereka pengidap asma untuk memastikan memiliki simpanan obat resep darurat, seperti inhaler asma, persediaan obat lain, dan suplai non-resep selama 30 hari serta isolasi diri di rumah agar tidak terinfeksi virus corona COVID-19.
Komentar
Posting Komentar