Lab Wuhan Jawab Tuduhan Jadi Sumber Virus Corona

Pemerintah Amerika mengklaim punya bukti kalau virus Corona berasal dari laboratorium di Wuhan, China. Pihak tertuduh angkat bicara.

Shi Zengli bukan perempuan sembarangan. Dia adalah virologis yang menjadi Direktur Center for Emerging Infectious Disease di Wuhan Institute of Virology. Dia tahu, banyak jari menunjuk pada dirinya dan buka suara. Shi Zengli menegaskan tidak ada kebocoran virus dari lab di Wuhan.

Kepada Scientific American yang dilansir News.com Australia, seperti dilihat Jumat (1/5/2020) Shi Zengli mengakui laboratoriumnya memang punya virus Corona. Saat wabah COVID-19 merebak, Shi dan tim ilmuwan memang lagi meneliti virus Corona.

"Saya sempat berpikir apakah ini dari laboratorium kami? Saya bertanya-tanya apa dinas kesehatan salah. Saya tidak pernah menyangka ini terjadi di Wuhan," ujar perempuan berjuluk Batwoman ini karena meneliti virus kelelawar.

Shi dan tim terlibat mencari sumber penularan dan berlomba dengan waktu karena korban jiwa terus bertambah. Tim ilmuwan memakai teknis reaksi berantai polymerase untuk mendeteksi virus dengan memperkuat material genetiknya.

"Hasilnya tidak ada sekuens yang cocok dengan virus yang tim kami ambil dari kelelawar gua. Pikiran saya lega sekali, saya tidak tidur berhari-hari," kata Shi menegaskan tidak ada kebocoran dari laboratoriumnya.

Sebelumnya The Daily Telegraph Australia mengungkapkan badan intelijen 5 negara, Amerika, Kanada, Australia, Inggris dan Selandia Baru memantau Shi dan koleganya Peng Zhou. Hal ini disusul tuduhan langsung dari Presiden AS Donald Trump yang mengklaim punya bukti COVID-19 berasal dari lab di Wuhan.

Bill Gates Ungkap Vaksin Corona Mungkin Tak Sempurna

 Bill Gates mengungkapkan bahwa ada kemungkinan vaksin Corona tidak sempurna atau sepenuhnya manjur. Akan tetapi dalam skala tertentu, hal itu bukanlah masalah besar. Ia mencontohkan soal kesuksesan vaksin cacar.
"Vaksin cacar adalah satu-satunya vaksin yang melenyapkan seluruh penyakit itu dari Bumi, tapi memang cukup brutal. Meninggalkan bekas luka. Satu dari tiga mengalami efek samping cukup buruk. Sejumlah orang mengalami reaksi lebih serius," cetusnya.

"Vaksin cacar dulu memang jauh dari sempurna, tapi ia berhasil. Vaksin COVID-19 mungkin saja mirip-mirip," tambah pria berkacamata ini di blognya, Gates Notes.

"Jika kita mendesain vaksin sempurna, kita ingin ia sepenuhnya aman dan 100% efektif. Dosis tunggal memberi perlindungan seumur hidup dan harus mudah disimpan dan dikirimkan. Saya harap vaksin COVID-19 punya semua kualitas itu, tapi jika melihat timeline, barangkali tidak," paparnya.

Vaksin Corona memang dikebut oleh ilmuwan agar dunia bisa segera bebas Corona atau setidaknya kembali normal. Rupanya, vaksin tidak perlu 100% manjur untuk misi tersebut.

"Saya kira sebuah vaksin yang 70% efektif akan cukup untuk menghentikan wabah. Efektifitas 60% bisa dipakai tapi kita mungkin masih melihat wabah lokal. Lainnya yang di bawah 60% cenderung tidak menciptakan herd immunity untuk menghentikan virus," sambung sang pendiri Microsoft.

Tantangan lain adalah memastikan vaksin Corona efektif untuk para orang tua. Itu karena mereka kelompok paling rentan jika positif COVID-19.

"Makin tua Anda, makin kurang efektif vaksin. Sistem imun Anda, seperti seluruh badan, menua dan lebih lambat mengenali dan menyerang penyusup. Itu adalah isu besar bagi vaksin COVID-19 karena orang tua adalah yang paling rentan. Kita harus pastikan mereka terlindungi," tulisnya.

Komentar

Postingan Populer