Kabar Baik, WHO Sebut 6 Calon Vaksin Lagi Uji Coba Manusia

 Vaksin Corona makin mendekati kenyataan. WHO menyebutkan 6 calon vaksin sedang dalam tahap uji klinik pada manusia.

Dilihat detikINET dari situs WHO, Kamis (30/4/2020) mereka memiliki apa yang disebut R&D Blueprint. Ini adalah strategi global percepatan penelitian dan pengembangan saat terjadi epidemi. Tujuannya menyelamatkan orang sebanyak mungkin dengan obat-obatan baru yang ditemukan.

Dalam laporan 'DRAFT landscape of COVID-19 candidate vaccines', WHO mencatat bahwa per 23 April 2020, sudah ada 6 kandidat vaksin virus Corona yang sudah dalam tahap uji coba pada manusia. Calon vaksin ini ada di Amerika, China dan Inggris. Selain itu ada 77 calon vaksin lain di berbagai negara yang masih dalam pengembangan awal.

Tentunya masih butuh waktu beberapa bulan lagi sampai vaksin ini siap untuk disebarkan ke seluruh dunia. Namun, kabar uji coba manusia itu tentu menjadi harapan banyak orang.

Keenam obat tu adalah:


1. Adenovirus Type 5 Vector
Vaksin Adenovirus ini dikembangkan oleh CanSino Biological Inc dan Beijing Institute of Biotechnology dari Academy of Military Medical Sciences China. Vaksin ini sedang masuk tahap fase 2.

Vaksin diuji pada pasien di atas 18 tahun di 3 rumah sakit di Wuhan yaitu Wuhan Rest Center Chinese People's Armed Police Force, Hubei Provincial Center for Disease Control and Prevention dan Zhongnan Hospital of Wuhan University. 250 orang diberi dosis menengah, 125 orang diberi dosis rendah, dan 125 orang lagi diberi placebo. Target penelitian selesai pada 31 Januari 2021.


2. ChAdOx1
Universitas Oxford di Inggris mengembangkan vaksin bernama ChAdOx1. Vaksin ini sudah dalam fase 1 atau 2.

Uji klinik menargetkan 1.112 orang dari usia 18-55 yang terbagi dalam 4 kelompok yang diberi dosis berbeda-beda. Uji coba ini diperkirakan baru selesai pada Mei 2021.

Kondisi Darurat, AS Izinkan Penggunaan Obat Eksperimental Remdesivir

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) memberi izin penggunaan obat remdesivir untuk pasien Corona COVID-19. Izin ini dianggap spesial karena sebetulnya remdesivir masih obat eksperimental, belum ada bukti klinis yang kuat.
FDA memberi izin karena situasinya dianggap darurat dan hasil uji klinis awal melihat adanya manfaat positif.

Gilead selaku perusahaan pengembang remdesivir mengklaim obatnya mampu membantu proses penyembuhan pasien ketika diberikan lewat jalur infus intravena. Data terbaru dari uji awal yang dilakukan National Institutes of Health (NIH) melihat memang remdesivir bisa mengurangi 31 persen tingkat pasien memerlukan perawatan.

"Ini adalah terapi pertama untuk COVID-19 yang mendapat izin resmi, jadi kami sangat bangga bisa jadi bagian itu," kata Komisioner FDA, Stephen Hahn, seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (2/5/2020).

Remdesivir sempat disebut-sebut menjadi obat yang paling menjanjikan untuk melawan wabah Corona. Remdesivir awalnya hanya tersedia untuk para pasien yang berpartisipasi dalam uji klinis, namun kini karena sudah mendapat izin obat dapat dipakai oleh semua pasien di Amerika Serikat (AS) yang memiliki gejala parah COVID-19.

Sempat ada laporan hasil studi yang tidak sengaja dipublikasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut remdesivir gagal dalam uji coba. Gilead berkomentar hasil penelitian itu tidak bisa dipegang karena studinya diberhentikan dini.

Komentar

Postingan Populer