Di Tengah Pandemi Corona, Penyakit Kencing Tikus Tewaskan 1 Orang di Klaten
Penyakit kencing tikus atau leptospirosis menggemparkan Klaten, Jawa Tengah. Penyakit yang disebabkan bakteri leptospira di kencing tikus itu sudah merenggut 1 korban jiwa.
"Sejak bulan Januari-Maret, ada satu korban jiwa. Waspadai karena leptospirosis gejalanya sangat umum," ungkap Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Pemkab Klaten dokter Anggit Budiarto pada detikcom, Jumat (1/5/2020).
Anggit menjelaskan, data sejak bulan Januari sudah ditemukan kasus terkonfirmasi leptospirosis. Pada bulan Januari ada 5 kasus dengan 1 meninggal.
"Januari ada 5 kasus dengan 1 orang meninggal. Pada bulan Februari ada 2 kasus tanpa korban jiwa dan Maret ada 4 kasus juga tidak ada korban jiwa," lanjut Anggit.
Untuk kasus bulan April, jelas Anggit, belum masuk laporannya. Namun dinas berharap tidak ada lagi tambahan.
"Semoga tidak ada tambahan. Sebab leptospirosis itu gejalanya seperti gejala umum demam, ngilu, pandangan tidak nyaman, nafsu makan turun," sambung Anggit.
Apabila mengalami gejala-gejala tersebut, tambah Anggit, disertai ada riwayat pekerjaan di tempat yang becek dan kotor serta ada luka, lebih baik segera periksakan diri.
"Gejala leptospirosis itu sangat umum. Bisa dianggap sepele karena rumangsane ( dikiranya) masyarakat cuma kelelahan," kata Anggit.
Sementara, lanjut Anggit, data tahun 2019, Dinkes mencatat ada 41 kasus leptospirosis. Dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 6 orang sehingga masyarakat diminta tetap waspada.
"Masyarakat waspada karena itu kuncinya. Semua penyakit itu pokoknya berbahaya sehingga harus dicegah dengan hidup sehat, makan bergizi, waspadai gejala, periksa diri dan lainnya," pungkas Anggit.
Antibodi Hewan Llama Disebut Berpotensi Jadi Vaksin Corona
Hasil uji coba obat remdesivir sebelumnya disebut menunjukkan 'hasil yang baik' pada lima puluh persen pasien Corona. Klorokuin pun telah banyak digunakan untuk merawat pasien Corona, dan diklaim efektif dalam mengobati pasien di saat kini para ilmuwan tengah berusaha menciptakan vaksin Corona.
Sementara itu, sebuah studi dari Texas University di Austin, National Institutes of Health dan Ghent University di Belgia, mengungkap kalau menemukan vaksin potensial untuk virus Corona COVID-19. Vaksin tersebut berasal dari llama. Berdasarkan laporan para peneliti, llama memiliki antibodi yang mampu mengobati pasien Corona. Antibodi ini dinilai efektif dalam membunuh virus Corona COVID-19.
Llama disebut memiliki sistem kekebalan yang mampu mendeteksi patogen asing yang masuk ke dalam tubuh seperti balteri dan virus. Disebutkan llama akan menghasilkan dua jenis antibodi, salah satunya mirip dengan antibodi manusia.
"Itu membuat mereka berpotensi sangat menarik sebagai obat untuk patogen pernapasan karena mengirimkannya langsung ke tempat infeksi," kata Daniel Wrapp, di lab McLellan, penulis pendamping pertama penelitian.
Selain itu dalam penelitian ini disebutkan para peneliti tengah merekayasa dua salinan jenis antibodi dari llama untuk membuat antibodi baru. Dua salinan ini diambil dari antibodi yang melawan virus SARS sebelumnya. Hasil tes menunjukkan bahwa antibodi llama efektif memblokir virus SARS-COV-2 ketika mereka menginfeksi sel inang.
"Ini adalah salah satu antibodi pertama yang dikenal berhasil menetralkan SARS-CoV-2," kata Jason McLellan, profesor associate biosains molekuler di UT Austin dan rekan penulis senior.
"Dengan terapi antibodi, Anda secara langsung memberi seseorang antibodi pelindung sebelum terinfeksi. Antibodi juga dapat digunakan untuk mengobati seseorang yang sudah sakit untuk mengurangi keparahan penyakit," ujarnya, dikutip dari The Times.
Komentar
Posting Komentar