Benarkah Miss V Bisa Longgar karena Sering Bercinta?
Anggapan Miss V longgar karena berhubungan seks setiap hari rupanya hanya mitos belaka. Para ahli obstetri dan ginekologi dunia tidak menyetujui perihal anggapan tersebut.
Vagina cukup elastis dan mengembang sehingga memungkinkan penggunaan tampon, alat kontrasepsi, dan aktivitas seks.
"Ini kesalahpahaman terhadap miss V. Vagina terdiri dari banyak otot yang mendukung kinerja dasar panggul," kata dokter spesialis obstetri dan ginekologi Lauren Averbuch, dikutip dari Refinery29.
"Otot-otot ini dapat mengencang dan rileks tergantung kondisi tertentu seperti saat klimaks," tambahnya.
Selama wanita bergairah secara seksual, otot-otot vagina menjadi rileks. Kondisi ini memungkinkan seks penetrasi. Otot-otot ini rileks secara perlahan, itulah sebabnya pemanasan bisa menjadi sangat penting.
Tetapi ketika kamu tidak terangsang, otot-otot dasar panggul menegang kembali setelah berhubungan seks.
"Mencoba posisi seksual yang berbeda terkadang dapat mengubah seberapa ketat atau longgar miss V. Tentunya, ini dapat meningkatkan kepuasan seksual bagi kedua pasangan," ujarnya.
Ada beberapa hal yang bisa melemahkan otot dasar panggul, melahirkan adalah faktor utama. Penyebab potensial lainnya termasuk menopause, cedera traumatis, dan kanker ginekologis.
"Pada umumnya, disfungsi dasar panggul diobati dengan latihan kegel atau terapi fisik dasar panggul. Kalau kasus yang serius, dokter bisa merekomendasikan perawatan tambahan, seperti pemberian obat atau operasi," tambahnya.
Dalam hal ini, berhubungan seks terlalu banyak, bahkan setiap hari tidak akan membuat vagina longgar. Kamu tetap aman dan menikmati kepuasan seksual.
3 Cara Meminimalkan Stigma Negatif Soal Corona
Penyebaran virus Corona yang terus meningkat menimbulkan banyak stigma di masyarakat. Salah satunya stigma negatif yang terjadi pada tenaga kesehatan.
Banyak akibat yang ditimbulkan dari stigma negatif, di antaranya perawat yang diusir dari kost, pengucilan paramedis yang merawat pasien terinfeksi virus Corona, hingga penolakan jenazah pasien yang terinfeksi virus tersebut.
Untuk menguranginya, berikut 3 cara yang dilakukan pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan di tengah pandemi Corona.
1. Komunikasi risiko
Menerapkan komunikasi risiko dapat mengurangi dampak stigmatisasi di tengah masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meluruskan berita-berita narasi negatif yang beredar terkait virus Corona.
"Data-data tentang kesembuhan, data-data keberhasilan ini harus seimbang, menjadi informasi yang juga harus diperkaya dan dibanjiri sehingga stigmatisasi tersebut tidak menjadi luas," kata Dr dr Fidiansjah SpKJ, MPH, Direktur Pengendalian dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (P2 Makeswa) Kementerian Kesehatan RI.
"Stigma akan berkurang ketika komunikasi risiko berjalan dengan baik," lanjutnya.
2. Berikan apresiasi
Masyarakat harus diedukasi agar terus memberikan apresiasi dan mendukung tenaga kesehatan, yang berjuang di garda depan penanganan virus Corona. Memberikan apresiasi bisa mengurangi dampak stigmatisasi yang muncul.
"Stigmatisasi itu kita minimalisir dengan harus terus kita berikan apresiasi. Persoalan ini tak bisa diselesaikan para superhero, justru tenaga kesehatan. Sekarang mereka memberikan suatu perjuangan yang luar biasa di dalam konteks ketika orang harus membutuhkan pertolongan," ujar Fidiansjah.
3. Dukungan psikososial dan kesehatan jiwa
Psikososial dan kesehatan jiwa sangat berkaitan erat dengan stigmatisasi yang terjadi di masyarakat. Terlebih banyak berita negatif yang banyak beredar terkait virus Corona.
"Persoalan COVID ni tidak hanya terbatas soal kesehatan semata tapi mencakup masalah psikologis dan sektor lainnya. Dan stigma ini juga memang merupakan area yang sangat penting di dalam pengelolaan kesehatan jiwa," ungkap Fidiansjah.
Pemerintah telah meluncurkan layanan kesehatan jiwa (SEJIWA), yang dapat diakses di nomor telepon 119 ext 8. Layanan ini dapat diakses masyarakat untuk mendapatkan dukungan psikologis. Diharapkan dapat mengurangi stigma negatif yang mengganggu psikologis masyarakat di tengah pandemi Corona.
Komentar
Posting Komentar