3 Cara Meminimalkan Stigma Negatif Soal Corona

Penyebaran virus Corona yang terus meningkat menimbulkan banyak stigma di masyarakat. Salah satunya stigma negatif yang terjadi pada tenaga kesehatan.
Banyak akibat yang ditimbulkan dari stigma negatif, di antaranya perawat yang diusir dari kost, pengucilan paramedis yang merawat pasien terinfeksi virus Corona, hingga penolakan jenazah pasien yang terinfeksi virus tersebut.

Untuk menguranginya, berikut 3 cara yang dilakukan pemerintah khususnya Kementerian Kesehatan di tengah pandemi Corona.

1. Komunikasi risiko
Menerapkan komunikasi risiko dapat mengurangi dampak stigmatisasi di tengah masyarakat. Hal ini dilakukan untuk meluruskan berita-berita narasi negatif yang beredar terkait virus Corona.

"Data-data tentang kesembuhan, data-data keberhasilan ini harus seimbang, menjadi informasi yang juga harus diperkaya dan dibanjiri sehingga stigmatisasi tersebut tidak menjadi luas," kata Dr dr Fidiansjah SpKJ, MPH, Direktur Pengendalian dan Pencegahan Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza (P2 Makeswa) Kementerian Kesehatan RI.

"Stigma akan berkurang ketika komunikasi risiko berjalan dengan baik," lanjutnya.

2. Berikan apresiasi
Masyarakat harus diedukasi agar terus memberikan apresiasi dan mendukung tenaga kesehatan, yang berjuang di garda depan penanganan virus Corona. Memberikan apresiasi bisa mengurangi dampak stigmatisasi yang muncul.

"Stigmatisasi itu kita minimalisir dengan harus terus kita berikan apresiasi. Persoalan ini tak bisa diselesaikan para superhero, justru tenaga kesehatan. Sekarang mereka memberikan suatu perjuangan yang luar biasa di dalam konteks ketika orang harus membutuhkan pertolongan," ujar Fidiansjah.

3. Dukungan psikososial dan kesehatan jiwa
Psikososial dan kesehatan jiwa sangat berkaitan erat dengan stigmatisasi yang terjadi di masyarakat. Terlebih banyak berita negatif yang banyak beredar terkait virus Corona.

"Persoalan COVID ni tidak hanya terbatas soal kesehatan semata tapi mencakup masalah psikologis dan sektor lainnya. Dan stigma ini juga memang merupakan area yang sangat penting di dalam pengelolaan kesehatan jiwa," ungkap Fidiansjah.

Pemerintah telah meluncurkan layanan kesehatan jiwa (SEJIWA), yang dapat diakses di nomor telepon 119 ext 8. Layanan ini dapat diakses masyarakat untuk mendapatkan dukungan psikologis. Diharapkan dapat mengurangi stigma negatif yang mengganggu psikologis masyarakat di tengah pandemi Corona.

WHO Sebut Suntik Disinfektan ke Tubuh untuk Lawan Corona Berbahaya

Presiden AS Donald Trump sempat menyinggung soal menyuntikkan disinfektan ke dalam tubuh untuk melawan virus Corona COVID-19. Belakangan ia mengklarifikasi bahwa itu hanya sarkasme, namun ada sebagian orang yang menganggapinya serius dan mengikutinya.
Dampak dari komentar kontroversial Trump itu, banyak warga di negara bagian Maryland yang menanyakan efektivitas mengkonsumsi atau menyuntikkan disinfektan dalam mengobati virus Corona. Gubernur Maryland, Larry Hogan, mengakui kantornya menerima ratusan telepon dari warga yang penasaran.

Negara bagian Illinois juga melaporkan banyaknya panggilan telepon serupa soal suntikan disinfektan. Direktur Kesehatan Publik Illinois, Dr Ngozi Ezike, menyebut beberapa panggilan melibatkan seseorang yang menggunakan larutan berbasis detergen untuk menghilangkan sinus dan seseorang yang berkumur dengan obat kumur dicampur cairan pemutih untuk membunuh kuman.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akhirnya memberi klarifikasi bahwa menggunakan disinfektan ke tubuh dengan cara apapun adalah tindakan berbahaya. WHO menegaskan disinfektan hanya disarankan untuk membersihkan permukaan benda.

"Dalam kondisi apapun jangan pernah menyemprot atau mengenalkan pemutih atau disinfektan jenis lain ke dalam tubuh. Senyawa ini beracun bila sampai tertelan dan dapat menyebabkan iritasi serta kerusakan pada kulit dan mata," tulis WHO di Twitter pada 30 April 2020.

"Menyemprot atau mengenalkan pemutih atau disinfektan ke dalam tubuh tidak akan melindungi kamu dari COVID-19. Malah berbahaya," lanjutnya.

Komentar

Postingan Populer