Sensasi Camping di Wana Wisata Batu Kuda Bandung dan Kisah di Baliknya

 Wisata alam di Bandungs eolah tak pernah habis. Kali ini, saya menjajal camping di Wisata Batu Kuda di Kota Kembang. 

Asyiknya, untuk berkemah di Wana Wisata Batu Kuda, pelancong tak perlu melewati tanjakan dan turunan serta jalan jauh. Oarkiran motor atau mobil tidak jauh dari area berkemah.

Selain itu, Wana Wisata Batu Kuda itu memiliki area yang sangat luas, jadi tidak usah khawatir tidak kebagian tempat berkemah. Di sini traveler juga bisa menikmati pemandangan pohon hutan pinus yang menjulang tinggi, suasanya masih sejuk dan asri. Makanya,  jangan lupa membawa jaket tebal ya! Karena, semakin malam akan terasa semakin dingin.

Fasilitas yang ada di sini sangat lengkap. Andai traveler tak memiliki peralatan camping, seperti tenda dan sleeping bag, pengelola menyewakannya. Selain itu, ada warung makanan yang berjejer di sekitar tempat kemah, toilet, dan mushola.

Area campinng itu memiliki situs Batu Kuda yang merupakan peninggalan agama pra-islam dengan perwujudan seekor kuda yang menjadi tunggangan Prabu Layang Kusuma dan Permaisurinya Ratu Layang Sari. Ketika kuda itu terperosok ke dalam lumpur yang begitu dalam hingga hanya separuh badannya yang kelihatan, kemudian kuda tersebut menjelma menjadi batu.

Wana Wisata Batu Kuda berlokasi di Lereng Gunung Manglayang, Desa Cibiru Wetan, Kampung Cikoneng 1, Cileunyi. Tempat ini berada di bawah pengawasan Perhutani Unit III Jawa Barat.

Sebelum berkunjung ke sini, ada tata tertib yang perlu kamu ketahui yaitu bagi pengunjung yang menginap/camping harus mendaftar terlebih dahulu ke petugas wisata serta menyimpan identitas/KTP. Setiap ada kegiatan yang bersifat komersial, event, promosi, prewedding, syuting film atau video dan sejenisnya harus seijin Kantor Perum Perhutani (KPH) Bandung Utara.

Kemudian ada larangan yang tertulis di tempat ini yaitu dilarang membawa minuman keras, senjata tajam, narkoba, menebang pohon, membuang puntung rokok/sampah sembarangan, berteduh di bawah pohon sewaktu hujan, menyalakan handphone atau radio sewaktu hujan, melakukan perbuatan asusila, membuat keributan yang mengganggu ketertiban umum serta merusak fasilitas dan lingkungan.

Siapa mau coba?

Corona Vs Pariwisata: Indonesia Harus Atasi Penyebab, Bukan Gejala

Jika pasien datang ke dokter dengan keluhan batuk, sudah pasti dokter tidak akan langsung memberikan obat batuk untuk menyelesaikan masalah tersebut, karena batuk adalah gejala atau symptom dan bukan penyebab.

Setelah diperiksa dan diketahui pasti penyebab batuk tersebut, maka dokter akan memberikan obat sesuai dengan penyebab batuk tersebut. Misalnya, terkena flu dan radang akan mendapatkan antibiotik atau kalau terkena TBC maka akan diberikan pengobatan penyembuhan TBC dan bukan obat batuk.

Hal yang berbeda kelihatannya terjadi pada dunia pariwisata Indonesia. Sudah jelas penyebab lesunya pariwisata Indonesia adalah kekhawatiran atas penyebaran virus Corona atau Covid 19 sehingga menyebabkan para wisatawan mengurungkan perjalanannya karena takut tertular Covid 19.

Namun, langkah yang dilakukan oleh pemerintah terkesan berusaha mengatasi gejala, bukan mengantisipasi penyebab masalah tersebut. Padahal, ada baiknya pemerintah daerah dan pusat mengevaluasi pendekatan terhadap penyebab lesunya pariwisata ini sehingga bisa mengeluarkan kebijakan yang lebih tepat dan efektif.

Seperti kita ketahui, Covid 19 berpengaruh buruk terhadap perekonomian dunia termasuk Indonesia. Ketakutan terhadap penularan dan penyebaran Covid 19 ini menyebabkan penurunan aktivitas ekonomi yang berpengaruh buruk pada ekonomi dunia dimana harga minyak turun 30 % ke titik terendah sejak tahun 1991, bursa saham rontok dan turun lebih dari 7%.

Pukulan terbesar dialami oleh industri pariwisata yang terpuruk karena kunjungan wisatawan yang mengalami penurunan signifikan. Dan pemerintah berusaha mengantisipasi dengan berbagai kebijakan seperti:

1. Pemberian potongan tiket Airline.
2. Pembebasan pajak hotel dan restoran.
3. Hibah pada destinasi wisata.
4. Pemberian insentif guna mendukung industri transportasi pariwisata.

Kebijakan ini didukung juga oleh pemerintah daerah, seperti contohnya pemerintah daerah Bali seperti:

1. Percepatan realisasi program infrastruktur.
2. Percepatan realisasi program pemerintah provinsi, kabupaten.
3. Pemulihan citra pariwisata dan perekonomian Bali.

Perhatian pemerintah terhadap Covid 19 ini bukannya sama sekali tidak ada, tetapi terkesan sangat kecil, dimana satu-satunya antisipasi yang dilakukan oleh pemerintah daerah Bali sehubungan dengan Covid-19 pada Surat Edaran nomor 556/1077 tahun 2020 hanya pada poin D.3 yang berbunyi: Mengintensifkan kampanye melalui media sosial bahwa Bali aman dari virus Corona.

Komentar

Postingan Populer