Milenial Berburu Tiket Pesawat Murmer, Ada Virus Corona Bodo Amat!

Orang-orang rata ngumpet di kala penyebaran wabah Corona, namun anak muda milenial justru malah memanfaatkan harga tiket pesawat yang murah untuk berlibur atau melihat sanak saudara yang sudah lama tidak ditemui. Mereka sepakat bilang 'bodo amat' pada wabah Corona.
Seperti dikutip dari NBC News, Capri Nicole yang masih berumur 27, langsung mengambil tiket pesawat yang murah untuk menjenguk neneknya yang terkena kanker. Dia akan terbang dari Atlanta menuju Connecticut, AS, berkat beli tiket murah dia bisa menghemat USD 200, cukup buat ongkos tambahan berlibur. Dia seperti tak perduli dengan wabah virus Corona.

"Ada wabah penyakit di mana-mana, hari ini saya bisa saja kena penyakit yang tidak terkait dengan virus Corona," ujarnya. Dia tidak takut kena penyakit. "Kalau saya mati ya mati saja, saya rindu keluarga," ujarnya.

Anak muda lainnya, Jack Mulligan, dari Inggris sambil bercanda mengatakan, virus Corona takkan menghentikan hobinya traveling. Meski cuitannya di Twitter itu terlihat bercanda namun dia serius. "Saya sangat serius. Saya rasa wabah virus Corona ini bikin orang khawatir tapi saya tidak ingin membuat rencana saya buyar," ujarnya.

Dan karena tiket jadi murah, berlibur pun jadi masuk akal. Dia menghemat hampir 300-400 poundsterling untuk berlibur ke kepulauan Karibia tepatnya ke Republik Dominika.

Milenial lain yang bersikap masa bodoh dengan virus Corona adalah Ashley Henkel. Henkel yang masih berusia 20 tahun itu memanfaatkan tiket murah untuk berkunjung ke Amerika Utara. Dia tinggal di California namun di musim panas ini dia akan berada di Vancouver, New York City dan Portland, Oregon.

"Saya merasa kalaupun virus Corona ini dampaknya semakin serius, saya bisa berada di suatu tempat bersenang-senang. Nggak asyik kalau cuma berdiam diri di rumah dan khawatir terus," ujarnya mencoba bersikap positif di tengah wabah Corona.

Di Amerika, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyarankan warga yang berumur 60 tahun ke atas atau yang sudah memiliki penyakit kronis untuk tinggal di rumah. Di kala wabah ini, anak muda justru merasa ini saatnya buat mereka untuk terbang. Perjalanan anak-anak muda yang tergolong nekat kala wabah ini bisa saja membantu industri penerbangan yang tengah mengalami pukulan hebat gara-gara wabah Corona.

---

Siapa traveler di sini yang malah asyik berburu tiket pesawat murah saat ada wabah virus Corona? Coba sebutkan alasannya di kolom komentar ya.

24 Jam di Tubaba, Lampung, Ngapain Saja?

Tubaba, salah satu kabupaten di Provinsi Lampung, menyimpan potensi wisata budaya dan kuliner yang tidak kalah dengan daerah lain di Indonesia. Ngapain saja andai 24 jam di sana?

Tubaba kependekan dari Tulang Bawang Barat merupakan kabupaten hasil pemekaran dari Tulang Bawang pada 2008. Jaraknya sekitar 127 km dari Bandar Lampung atau 1 jam dan 50 menit berkendara dengan mobil.

Kendati merupakan daerah baru, mereka memiliki sejumlah hotel. Salah satunya, tempat kami menginap. Hotel ini dirancang oleh arsitek terkenal ibu kota, namun tetap mengangkat budaya lokal dengan konsep rumah panggung kayu khas penduduk Tubaba. Hotel ini makin keren dengan taman bebatuan dan pepohonan besar yang mengelilinginya.

Penginapan kami menyediakan sepeda untuk tamu sehingga acara berkeliling kawasan hotel bisa lebih asyik. Saat bersepeda itu saya menyadari hotel ini dekat degan hutan karet.
Masjid 99 Cahaya & Sesat Agung

Selain itu, tidak jauh dari penginapan terdapat ikon Tubaba Masjid 99 Cahaya yang berdampingan dengan Sesat Agung atau Balai Adat. Dua bangunan itu bernilai religi sekaligus menjadi simbol kekayaan budaya.

Masjid itu cukup unik buat saya karena tak memiliki kubah dan tak memiliki menara. Selain itu, masjid ini tidak memasang kaligrafi Allah di pucuknya.

Kabarnya, menurut sang arsitek, masjid itu dirancang vertikal dan Sesat Agung horisontal, melambangkan prinsip hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama,yang merupakan prinsip Islam. Saat sampai lantai dua Balai Sesat Agung ada yang tidak kalah unik yakni langit-langitnya dihiasi aksara Lampung yang khas, sungguh peradaban tinggi jika suatu daerah memiliki aksara sendiri.

Stonehenge di Las Sengok

Puas menjelajah komplek mesjid, kami diajak ke tempat unik terdapat bebatuan yang konstruksinya mirip komplek Stonehenge di Inggris sana. Stonehenge itu ada di Las Sengok di Tiyuh Karta (tiyuh = desa), ruang terbuka di bantaran Way (sungai) Kiri yang dihiasi dengan ornamen batu-batu besar dengan formasi batu berbentuk bintang Orion. Batu-batu besar itu disusun sebagai ajakan kepada masyarakat untuk memiliki visi menjaga keselarasan dengan lingkungan.

Komentar

Postingan Populer