Eksotisme Maluku Utara dan Halmahera, Tidak Ada Duanya (8)

Beruntung cuaca cukup cerah saat itu sehingga langkah kami tidak terganggu dengan jalanan yang licin. sekitar jam empat sore, kami berhasil mencapai batas vegetasi dan tidak lama kemudian kami mencapai kaldera tua gunung mamuya (sisa kawah vulkanik gunung mamuya). dari sini kita bisa melihat dengan jelas kerucut puncak Gunung Dukono yang menjadi tujuan perjalanan kami. karena hari sudah sore, saya akhirnya tim bermalam di sekitar kaldera.

Kamis 6 juni (day 7), #semuaadatiketnya.

Seperti kebiasaan pendakian di gunung Jawa, jam empat pagi adalah jamnya alarm dan tim harus segera bersiap untuk summit attack. tapi di Halmahera ini tampaknya tidak ada budaya summit attack, sehingga jam empat pagi adalah waktu terbaik untuk tidur nyenyak. Saya pun setuju karena beberapa hari ini cukup kelelahan selama dalam perjalanan.

Apalagi saya baru dua hari turun dari gunung Kie Matubu sehingga masih butuh satu/dua hari lagi untuk recovery fisik. Tapi tidak dengan mba yanti, dia sangat bersemangat untuk summit attack dan dengan gaya chaos dan sangat represif membangunkan penghuni bivac di kaldera Dukono.

Dengan sangat terpaksa saya pun bangun dan memang langit sudah mulai tampak terang waktu itu (saya baru sadar kl berada di Indonesia timur). Akhirnya saya, mba yanti, mba eci, dan pak dadi berangkat menuju puncak. di tengah perjalanan abied dan faiz ikut bergabung, sedangkan mba nasti dan andi tetap di camp.

Sejak tengah malam saya mengamati pola letusan Gunung Dukono ini dan selepas jam 1 dini hari gunungnya cenderung tenang dan tidak terjadi letusan di kawahnya. padahal kemarin sore ketika kami tiba di kaldera, beberapa kali saya menyaksikan letusan2 magmatis yang cukup besar (column letusan 500 - 1000 meter). Untuk mencapai puncak dukono tidak mudah karena tidak ada jalur untuk mencapainya.

Kita harus merintisnya dari kaldera dengan cara kita sendiri. akhirnya di perjalanan menuju ke puncak, tim pun terbagi secara alami menjadi tiga. semua mulai terpisah di tebing bawah. awalnya saya, mba yanti dan mba eci memaksakan memanjat tebing granit dengan ketinggian sekitar 30m agar menghemat waktu, sedangkan faiz, abied dan pak dadi tetap melalui sungai lava di sisi kanan. lalu kemudian saya pun berpisah dengan mba yanti dan mba eci di punggungan awal kubah gunung karena saya tertarik dengan material2 pumice high SiO2, sedangkan mba yanti dan mba eci tetap fokus untuk mencari jalur ke puncak.

Akhirnya seratus meter sebelum puncak saya bertemu kembali dengan mba yanti dan mba eci, lalu kami pun bersama2 merintis jalur ke puncak dari sisi timur laut setelah sebelumnya saya membuat seismometer manual dgn botol air mineral sbg early warning letusan. sedangkan pak dadi, abied dan faiz sukses mencapai puncak dari sisi utara tidak lama setelah kami mencapai puncak. karena aktivitas letusan yang cukup berbahaya, maka kami tidak mungkin berlama2 memandangi isi kaldera Gunung Dukono. pukul 05:53WIT (07:53WIB) setelah dokumentasi dan mengabadikan lava Gunung Dukono, kami pun segera turun. sekilas saya melihat lava merah di permukaan kepundan Gunung Dukono dengan mata telanjang. hampir satu menit saya memandangi dengan seksama dan berkesimpulan SiO2 nya mungkin sudah mature di 56 - 58%. entahlah, tapi gunung ini sudah siap meletus dan hanya menunggu waktu saja.

Tiba kembali di camp untuk sarapan pagi dan saya pun terkejut dengan letusan magmatis pertama pagi ini. beruntung semua sudah berada di camp sehingga letusan magmatis yang terjadi di Gunung Dukono tidak berdampak kepada tim. sekitar pukul sepuluh pagi kami kembali ke pesisir mamuya dengan membawa cerita2 mengesankan. mba yanti, mba eci dan mba nasti adalah tiga wanita dalam tim ekspedisi yang duluan turun ke mamuya dan tiba di air panas empat jam di depan kami.

Rombongan pria baru bisa mencapai air panas mamuya menjelang maghrib (itu pun dengan bantuan mobil 4 x 4 yang kami tumpangi di kebun kepala). kamis malam ini kami semua berkumpul di rumah mba nasti untuk istirahat. jam sepuluh malam kami pun pamitan dan melanjutkan perjalanan ke tobelo. selanjutnya sebagian anggota tim istirahat di rumah inyo dan sisanya langsung berangkat mengantar mba yanti ke sofifi karena ybs akan pulang ke Makassar dengan pesawat pagi dari Ternate.

Komentar

Postingan Populer