Eksotisme Maluku Utara dan Halmahera, Tidak Ada Duanya (2)
Kepanikan bertambah dengan panggilan di pengeras suara yang memanggil kami berdua untuk segera masuk pesawat. Tidak lagi lewat gate dua, kami berdua langsung naik mobil avanza internal milik AP-2 dan langsung di drop ke pesawat yang sudah siap berangkat.
Itulah bagian dari pelayanan sempurna maskapai terbaik ke-7 di dunia ini. Meski jelas ini kesalahan kami, tetapi Garuda dengan setia menunggu.
Sabtu 1 Juni (day 2), #semuaadatiketnya.
Setengah enam pagi waktu Indonesia bagian tengah, pesawat pun take off. Kali ini saya sangat excited karena untuk pertama kalinya saya naik pesawat jenis Bombardier CRJ-1000 Next Generation yang merupakan pesawat yang baru dibeli Garuda.
Di samping keamanan penerbangan, menggunakan pesawat jenis baru tentu lebih nyaman karena semua itemnya baru. Sejak issued di Jakarta, saya sudah diberitahu bahwa GA 660 adalah CRJ-1000, itu sebab di kasir konter Jakarta saya sudah request hot seat 17E dan 17F untuk kami berdua. Sukses mendapatkan hot seat dan hasilnya adalah kenyamanan selama penerbangan dua jam Makassar-Ternate.
Jam delapan lewat kami tiba di Bandara Sultan Babullah Ternate. Kembali saya harus menyesuaikan waktu karena waktu Ternate lebih cepat satu jam dari Makassar dan dua jam lebih cepat dari Jakarta.
Ada yang unik dari bandara Ternate ini, yaitu runwaynya yang pendek. Bahkan ketika pesawat selesai melakukan pengereman, posisi pesawat tepat di ujung landasan (sisi laut). Keluar bandara tim penjemput pun sudah siap dan kami langsung diajak menuju kota Ternate.
Hari Sabtu ini, acara kami adalah wisata kota dan wisata kuliner seharian. Setelah dari bandara, rekan penjemput (reza dan ical) membawa kami keliling kota Ternate sambil bercerita tentang sejarah tiap tempat yang kami lewati.
Cukup menarik melihat sejarah kota Ternate yang masuk dalam kota tertua di Indonesia. Ternate sudah berumur lebih dari 900 tahun. Bayangkan dengan Jakarta yang belum sampai 700 tahun usianya.
Persinggahan pertama kami adalah di RM Noni yang merupakan salah satu kedai makan terbaik di Ternate untuk menu bubur tinutuan (bubur manado). Bubur ini mirip dengan bubur di manado, tapi karena suasananya Ternate jadi saya lbh senang menyebutnya bubur Ternate.
Rasanya kuat, rempah terbaik di dunia berkumpul di kuahnya. Daun kemanginya banyak dan buah labunya lebih empuk dan cepat larut di mulut. Sambalnya juga pas dengan lidah saya yang berasal dari Jawa.
Selesai wisata kuliner pertama, perjalanan dilanjutkan menuju Pantai Swering dan menikmati suasana pantai sambil melihat kerajinan batu bacan yang cukup banyak tersebar di sini. Setelah cukup puas berfoto, mobil yang kami gunakan berangkat kembali menuju daerah pusat kuliner lain (papeda). Setelah masuk gang kecil kami pun tiba di kedai papeda khas Ternate.
Kedainya tidak terlalu besar tapi cukup ramai pengunjung. Menu utama siang ini adalah papeda, dkk. Rasa papeda adalah netral, tapi akan menjadi juara jika kuah ikan disajikan bersamaan dengan papeda. Ikan tenggiri, bobara, cakalang merupakan jenis ikan saya kira ada di meja makan kedai ini. Semua saya cicipi bersama papeda dan saya cukup puas menikmatinya. Hmm, rasanya ingin kembali ke sana.
Lewat tengah hari kami berempat menuju Benteng Tolukko yang berada di sisi lain kota Ternate. Benteng Portugis ini cukup megah menjulang dominan di sisi kota Ternate dan cukup strategis sebagai tempat untuk mengintai kapal yang lalu lalang dari dan menuju Ternate.
Selesai berfoto, kami berangkat kembali ke lokasi wisata lain kota Ternate yaitu Batu Angus (stone magma). Meski saya sudah tau bagaimana mekanisme terjadinya lava field di sini dan bagaimana komposisi lavanya, tapi tetap membuat penasaran karena luas wilayahnya yang cukup menarik.
Dari sisi tebing lautnya saya bisa melihat bagaimana sedimentasi Ternate nyaris sebagian besar karena aktivitas vulkanik Gunung Gamalama. Material piroklastik khas letusan eksplosif banyak pula saya temukan di lokasi wisata ini. Tidak lama-lama, karena masih banyak tempat yang harus saya kunjungi. Kami pun bergegas.
Komentar
Posting Komentar