Perang Pasifik yang Membangun Papua
Perang Pasifik menjadi bagian sejarah dari Papua. Bahkan hingga kini, peninggalannya masih ada dan dirasakan masyarakatnya.
Perang Pasifik terjadi pada tahun 1941-1945, antara sekutu (AS) melawan Jepang. Disebut juga dengan nama Perang Asia Timur Raya.
Kala itu, Jendral Douglas MacArthur yang memimpin pasukan AS di Filipina, dipukul mundur sampai ke Australia oleh tentara Jepang. Sebelumnya, Jepang sudah lebih dulu memborbardir pangkalan perang AS di Pearl Harbor, Hawaii.
Di tahun 1944, Jendral Douglas MacArthur akhirnya memenangkan peperangan dengan strategi 'Lompat Katak'. Dari Australia, Jendral Douglas MacArthur pelan-pelan menyerang Jepang dari satu pulau ke pulau lain. Dari wilayah Papua, sampai ke Morotai.
Jepang rupanya tidak menyangka akan diserang seperti itu, sehingga base-base peperangannya jatuh ke tangan sekutu. Jendral Douglas MacArthur pun merayakannya dengan makan es krim.
Peneliti dari Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto menjelaskan ada banyak peninggalan Perang Pasifik di Papua. Ada tank, senjata hingga tulang belulang para tentara Jepang dan AS.
"Namun ternyata, Perang Pasifik ini 'membangun' Papua," ujarnya kepada detikcom, Minggu (11/8/2019).
Apa maksudnya?
"Perang Pasifik justru bukan merusak tapi banyak pembangunan yang dilakukan baik oleh AS dan Jepang," jawabnya.
Hari menambahkan, Bandara Sentani merupakan peninggalan dari pasukan Jepang. Sedangkan jalan dari Kota Jayapura ke sana, peninggalan dari pasukan AS.
"Jepang banyak membangun bandara, landasan terbang, pelabuhan, dock kapal, tangki bahan bakar dan lainnya. Selanjutnya, tentara AS tinggal menyempurnakannya dan menjadikan beberapa sebagai markas besar," terang Hari yang sudah sejak tahun 2008 menjadi peneliti di Balai Arkeologi Papua.
Selain itu, beberapa peninggalan-peninggalan lainnya dengan skala yang lebih kecil, sebut saja tank dan pesawat tempur menjadi destinasi wisata. Seperti di Tambrauw, Papua Barat salah satunya dan Tugu MacArthur.
"Tugu MacArthur di Ifar Gunung, dulunya memang markasnya Jendral Douglas MacArthur. Sekarang jadi markas Resismen Induk Kodam XVII/Cendrawasih," terang Hari.
"Tugu itu dikelola oleh Dinas Kebudayaan Provinsi Papua dan jadi tempat wisata, namun lokasinya di markas TNI," tambahnya.
Saat peperangan antara AS dan Jepang, masyarakat Papua sendiri berlindung jauh ke dalam hutan. Namun, beberapa di antaranya dimanfaatkan tentara AS untuk memata-matai tentara Jepang.
Di lain sisi, ada nilai negatif pula dari Perang Pasifik. Dari tentara AS, rupanya orang-orang Papua mengenal minuman keras.
"Dari tentara AS dan Australia, orang-orang Papua mengenal minuman keras. Ada sisi negatifnya juga," ujar Hari.
Namun hingga kini, menurut Hari, ada baiknya Pemerintah Provinsi Papua membangun suatu museum khusus untukmengenang Perang Pasifik. Ada banyak peninggalan yang bisa dimuseumkan dan cerita sejarahnya bisa terus diketahui hingga masa mendatang.
Komentar
Posting Komentar