Nostalgia di Taman Sari, Pemandian Raja-raja Yogyakarta
Taman Sari menjadi salah satu atraksi populer di Yogyakarta. Menjadi pemandian raja-raja di masa lalu, Taman Sari wajib untuk dikunjungi.
Yogyakarta punya tempat-tempat bersejarah yang dijadikan kawasan destinasi, salah satunya Kampung Wisata Taman Sari. Tempat ini akan mengantarkanmu melihat tempat pemandian raja pada tahun 1758 M.
Orang bijak pernah bilang, Sejarah bukan seni bernostalgia, tapi sejarah adalah ibrah, pelajaran yang bisa kita tarik ke masa sekarang.Untuk memersiapkan masa depan yang lebih baik". Saya setuju jika sejarah harus membuat kita lebih baik di masa sekarang. Salah satu cara yang menyadarkan kita akan hal itu, adalah dengan mengunjungi peninggalan sejarah di masa lalu.
Taman Sari Yogyakarta menjadi pilihan saya, karena di sana ada bekas kompleks pemandian Raja di Yogya, pada jaman dulu yang sangat terkenal. Taman Sari menjadi idola di kalangan turis lokal maupun internasional, karena masuk dalam itinerary Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Perjalanan menuju Water Castle (Istana Air), julukan dari Taman Sari saya tempuh menggunakan sepeda motor dari Kendal. Cukup lumayan jauh, tapi inilah nikmatnya perjalanan. Mengajarkan kita akan arti kesabaran. Tidak jauh dari pusat kota, Taman Sari bisa kita jumpai dalam waktu 20 menit.
Dengan Rp 5 ribu, kita bisa melihat kemewahan yang dimiliki oleh Keraton Yogyakarta. Dahulunya, Taman Sari ini adalah danau buatan, dengan wewangian dari bunga-bunga yang sengaja di tanam di sekitarnya. Taman Sari dibangun oleh Paduka Sultan Hamengku Buwana 1 pada tahun Ehe 1684 Jawa (1758 M).
Dahulu, untuk menuju Taman Sari, Sultan harus naik perahu atau sejenisnya pada zaman itu. Tetapi sekarang, kita tidak bisa menikmatinya karena danaunya sudah tidak lagi ada, berganti jadi pasar dan rumah warga. Yang tidak lepas dari sejarah, dimana abdi dalem keraton yang tinggal di daerah Taman Sari.
Bangunan dari Taman Sari sangat unik dan klasik mirip dengan arsitektur Eropa. Keasliannya masih terjaga sampai sekarang, dari abad ke-18. Taman Sari dijadikan fungsi sebagai, tempat beristirahat, tempat meditasi, tempat persembunyian dan pertahanan di masa itu.
Fungsi Taman Sari Pada Jaman Dahulu adalah sebagai tempat pertahanan dan perlindungan, karena di Taman Sari ini, memiliki benteng keliling yang tinggi. Ada baluwer (bastion), untuk menaruh persenjataan. Gerbang depannya, dilengkapi penjagaan ketat prajurit dan abdi dalem.
Selain itu, Taman Sari juga mempunyai jalan bawah tanah atau urung-urung yang bisa menghubungkan sau tempat ke tempat lainnya. Misalnya Margi Inggil, ke Pulau Kenanga. Pulo Kenangan ke Sumur Gumuliing. Dari Sumur Gumuling ke Gerbang Segaran sisi barat Taman Sari.
Bagian yang dimaksudkan sebagai tempat meditasi, atau aktivitas religi ini berpusat di Sumur Gumuling dan Pulo Panembung yang berada di tengah kolam Segaran. Ketika saya masuk ke dalam Sumur Gumiling, sungguh takjub bisa sangat keren dengan arsitektur zaman dahulu. Dari simbah guide bilang, dahulu bagian tengah Sumur Gumuling, dijadikan tempat buat adzan.
Fasilitas yang ada di dalam Taman Sari meliputi pasiraman, umbul, kolam, segaran dan pertamanan. Dahulu, segaran berada dari Pulo Kenanga sampai Pulo Gedong di sisi Timur Keraton. Air segaran sendiri dialirkan dari Bendungan Bendalole dari Sunga Winaga daerah Pingit barat laut kota.
Lewat parit yang disebut dengan Kali Larangan. Kolam atau umbulnya sendiri ada Umbul Binangun, kolam Garjitawati, Pasiraman Umbulsari dan Kolam Nagaluntak. Ketika melihat secara langsung kolam dan umbul tersebut, rasanya ingin terjun saja aja.
Alam bawah sadar lantas membayangkan putri dan dayang-dayang raja mandi di sini. Betapa ramai dan membahagiakan, dimana Taman Sari banyak dikelilingi danau buatan dan wewangian asli dari bunga yang ditanam dari sekeliling taman. Wanginya yang menenangkan,dan menyamankan.
Menyaksikan secara langsung tempat bersejarah ini, membuat saya menghargai betapa sejarah yang menjadikan ada kita sekarang. Sudah menjadi tugas kita menjaganya, menyiarkannya kepada seluruh rakyat negeri tumpah darah. Apalagi Taman Sari menjadi Cagar Budaya yang dimiliki Indonesia. Lantas bagaimana dengan negara lainnya? Seperti negara Dubai misalnya? Yang memiliki banyak tempat sejarah, peninggalan zamannya.
Andai bisa ke negara Dubai, saya ingin mengunjungi Museum Dubai. Museum yang letaknya ada di kawasan Benteng Al Fahidi, dibangun dari jaman 1787. Yang mana disebut-sebut sebagai bangunan tertua, yang ada di Dubai. Fungsi dari benteng ini sebagai penjagaan dan perlindungan, menuju pusat kota terhadap serangan suku-suku tetangga.
Zaman dahulu benteng Al Fahidi pernah dijadikan tempat pemerintahan, rumah pemimpin, toko amunisi dan penjara. Saya yakin, jika pergi ke Museum Dubai saya akan mendapatkan pengetahuan soal cara hidup tradisional di Dubai di masa sebelum minyak bumi ditemukan.
Komentar
Posting Komentar