Berburu Foto di Gunung Mandiangin Tahura
Saat ke Kalimantan Selatan, wajib ke Gunung Mandiangin. Pemandangan di sini sangat indah. Cocok untuk berburu foto landscape.
Yah siapa yang tidak kenal dengan tempat wisata alam dengan nama Gunung Mandiangin. Orang Kalimantan Selatan pasti sudah banyak yang tahu. Tepatnya berada di TAHURA (Taman Hutan Raya) Sultan Adam Mandiangin, diambil dari nama Sultan Adam Al-Watsiq Billah bin Sultan Sulaiman Saidullah II yang merupakan Sultan Banjar yang memerintah dari tahun 1825 hingga 1857.
Area ini ditutupi oleh hutan lebat yang terainnya beragam mulai daratan rendah sampai pegunungan ( 63 - 1.373 mdpl ). Lokasi ini sangat mudah dicapai dan dekat dengan kota besar Banjarmasin sekitar 56km melalui Banjarbaru dengan waktu hanya kurang dari 2 jam. Bisa diakses degan kendaraan roda 4 sampai ke atas perhentian sebelum kepuncaknya.
Jalanan sudah di aspal dari awal masuk kawasan perhutanan sampai ke atas puncak sudah di cor beton. Sepertinya pemerintah setempat sudah membuat kawasan khusus wisata. Hanya sayang seperti biasa banyak sampahnya. Ke lokasi ini aku sudah beberapa kali, baik dengan rekan kerja, keluarga dan maupun sendirian.
Awalnya aku sangat ngeri menjadi supir saat menaiki pegunungan ini dikarenakan dipertengahan tanjakan sampai puncak jalurnya walaupun sudah diaspal tetapi sangat sempit hanya muat untuk satu mobil, dan ekstremnya sebelah kiri itu sudah jurang yang cukup dalam, posisi awan saja sudah dibawah kita.
Kedua kali dan ketiga kali aku sudah berani untuk jadi supir sampai puncak. Memang harus dibiasakan dan dilatih. Tiba yang ke 2 kali pada hari Sabtu jadilah ke lokasi sendirian, berangkat dari sejak siang sekitar jam 13.00-an siang. Memang mau kejar motret matahari terbenam dan kumpulan awan yang menutupi daratan rendah. Sebelumnya pernah dengar cerita dari rekan bahwa gunung Mandiangin ini memang agak angker alias mistis.
Entah benar atau tidak ini terkait dengan kolam permandian peninggalan Belanda. Jadi ceritanya ada orang yang bisa melihat sosok perempuan Belanda yang sedang mandi. Sayang aku tidak sempat motret motret di spot ini. Dan di sini juga terdapat rerutuhan bangunan bekas benteng peninggalan militer Belanda tempatnya boleh buat adu nyali malam malam.
Karena tempatnya masih rimbun dan sangan sepi. Di spot gazebo menghadap ke Selatan Tenggara, Pemandangan cukup menarik dari, karena bisa melihat pegunungan Kahung, Belangin Aranio. Dan yang menurut aku keren adalah disini masih bisa dijumpai elang hitam liar tapi harus sabar menanti. Yaitu burung elang hitam terbang melayang dekat dengan spot kita berada di Gazebo. Sepertinya sarangnya tidak jauh jauh di lereng gunung Mandiangin.
Beberapa kali menjumpai elang ini, kadang hanya seekor dan kadang bisa sampai 2 ekor elang sedang terbang melayang mengagumkan. Di perhentian mobil masih berjumpa dengan para wisatawan lainnya. Posisi ini adalah persimpangan kalau ke arah Barat berarti naik kepuncak gunung Mandiangin dan hanya bisa di akses dengan jalan kaki atau bersepeda gunung.
Kalau ke selatan ke lokasi yang awalnya aku tidak tahu dan belum pernah ke sana. Jadi kuputuskan untuk ke arah Barat untuk menikmati pemandangan dan mencari spot motret sunset. Dari sini bisa kelihatan lebih jelas danau (waduk) Riam Kanan karena posisi berdiri lebih tinggi. Waktu menunjukan pukul jam 17.00 sore tiba saatnya matahari mulai terbenam aku harus bergegas harus pindah lokasi dan meraba raba melihat peta di posisi mana paling baik.
Karena di area puncak posisi matahari terbenam saat itu tertutup dengan bagian gunung. Pindah di lokasi ke arah Selatan yang belum pernah kukunjungi dan menemukan reruntuhan bekas benteng Belanda dan cukup lama menghabiskan waktu sendiri disini, karena menunggu golden sunset, warna langit yang menjadi berubah warna orange ke emasan indah dikala pantulan cahaya matahari menyinari langit dan awannya.
Sampai akhirnya jam 18:30 lewat setelah jepret jepret motret hari semakin gelap. Belum puas dengan motret, aku kembali stop di gazebo, berdiri dipinggiran untuk memotret daratan rendah yang sudah mulai tertutup awan. Sayang baterai sudah mau habis. Saat itu sudah benar benar gelap dan bintang bintang sudah tampak berkelip kerlip di langit Utara dan sebagian lagi di langit Barat Laut awan tebal dengan petir menyambar.
Akhirnya akupun menyudahi petualangan ini. Sepanjang jalan menuruni lereng dengan mobil disuasana yang gelap dengan jalan sempit meliuk liuk mengikuti jalur. Sesekali melirik kekaca spion dalam mobil. Siapa tahu ada yang numpang dibelakang kabin.
Komentar
Posting Komentar